AKBP Eddwi Kurniyanto Sambang Asta Yusuf di Pulau Talango Sumenep
Bhayangkaranews.com - Dalam rangka melaksanakan kunjungan kerja di Sumenep, AKBP Eddwi Kurniyanto SIK, selaku Kanit Regident Ditlantas Polda Jatim meluangkan waktu untuk berziarah ke buju’(isitilah Madura) Asta Yusuf di kawasan pulau Talango Sumenep Madura.
Kesempatan yang unik ini dilakukan dalam perjalanan untuk menuju lokasi Makam religi ini, yang berjarak 11 Km dari Kota Sumenep. Warna perjalanan dengan menyeberangi lautan menuju pulau yang dekat dengan wilayah daratan ini.
Alat tradisional yang menjadi andalan warga pulau Talango menuju ke daratan ini disebut Tongkang (perahu). Perjalanan hanya 15 menit tapi menunggu antriannya lumayan juga hingga 10-20 menit. “saya senang dengan perjalanan ini, bayangin aja mobil masuk perahu yang cukup besar bisa mengantar kita ke Pulau”. Ucap AKBP Eddwi Kurniyanto
Dilanjutkan dengan silaturahmi ke Juru Kunci Haji Hasan dan menceritakan turun temurun asal mula Asta Sayyid Yusuf bermula ketika Raja Sumenep yaitu Sri Sultan Abdurrahman Pangkutaningrat, beserta rombongannya yang terdiri dari para prajurit berangkat dari keraton Sumenep bermaksud menyebarkan agama islam ke pulau Bali.
Dalam perjalanan Sri Sultan Abdurahman dikejutnya oleh adanya cahaya di tengah lautan dan karena penasaran maka Sri Sultan Abdurahman menjumpainya ternyata sebuah sosok jenazah yang memancarkan sinar maka dibawalah ke pulau Talango untuk dimakamkan, setelah dimakamkan selesai berdoa tiba-tiba jatuhlah selembar daun kelor dengan bertuliskan “Hadz Maulana Sayyid Yusuf Bin Ali Bin Abdullah Al Hasan” karena yakin beliau adalah ulama yang mempunyai karomah luar biasa maka Sri Sultan Abdurahman membuatkan batu nisan atas nama beliau.
Jika anda kesana, anda akan menemukan sebuah pohon besar yang menaungi makam sayyid yusuf tidak lain itu adalah sebuah tongkat Sri Sultan Abdurahman yang tertencap sehabis memakamkan beliau, sebelum pohon itu besar pernah Sri Sultan Abdurahman membuatkan cungkup atau peneduh diatas makam beliau tapi setelah keesokan harinya makamnya berpindah sedikit ketimur maka dari itu Sultan Abdurahman mengerti jika Makam tersebut tidak ingin diberi cungkup dan ingin menjadi makam yang terbuka dengan alam.
Satu tahun setelah kejadian tersebut Sri Sultan datang mengunjungi kuburan Sayyid Yusuf kembali dan membangun pendopo untuk tempat menerima tamu atau peristirahatan serta membangun masjid di sebelah selatan makam Sayyid Yusuf dan mulai itu juga maka dikenallah dengan sebutan Asta Sayyid Yusuf.
Berita yang direkomendasi
-
Kolaborasi Gerakan Literasi Melalui Pustaka Bebas Bea
Mojokerto-Penggagas Gerakan Katakan dengan Buku (GKdb) John Lobo Selas..
-
Buku untuk Tulang Bawang
Tulang Bawang.Lampung-Taman baca Ceria (Cerdas dan Gembira) yang terle..
-
Geliat Literasi dari Lekosoro
Bajawa.Flores- Pegiat literasi sekaligus pengelola taman baca Ratu Dam..
-
Tips Sukses Public Speaking Dari Divisi Humas Polri
Jakarta - Komunikasi publik atau public speaking adalah..