Ande Paru dan Eddy Loke ( APEL ) Siap Melayani Masyarakat Ngada
APEL sengaja dipublikasikan di jaringan media untuk memperkenalkan sosok Bapak Andreas Paru dan Bapak Ferdinandus Loke sebagai bakal calon bupati dan calon wakil Bupati Ngada periode 2020 – 2025. APEL adalah singkatan dari nama Ande Paru dan Eddy Loke. Keduanya menyandang spirit untuk memberikan penghargaan kepada masyarakat Ngada lewat karya pelayanan membangun Ngada. Spirit ini harus terlebih dahulu dipublikasikan agar masyarakat bisa menilai passion seseorang untuk maju sebagai pemimpin Ngada ke depan. Latarbelakang keduanya, sangat mumpuni.
Andreas Paru berkarya sebagai anggota kepolisian Republik Indonesia sejak tahun 1985 – 2015. Pada tahun 2015, beliau mengajukan pensiun dengan pangkat terakhir Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP). Beberapa jabatan penting dan strategis, pernah diembani selama berada di Papua. Dia pun mendalami ilmu Hukum Pidana dan tamat S1 di UNCEN dan kemudian meraih pendidikan S2 di UNHAS tahun 2011. Setelah pensiun dari kepolisian, Andreas Paru mengembangkan Wirausaha di Papua termasuk mengembangkan usaha pertanian di Flores. Berpengalaman di birokrasi, memiliki ketrampilan mengolah lahan, dan memiliki kapasitas dalam mengembangkan bisnis menjadi modal kuat untuk tampil sebagai calon bupati Ngada ke depan. Beberapa hasil karya nyata , telah ditunjukkan bahkan dinikmati masyarakat Ngada baik yang ada di Papua maupun di Flores khususnya Ngada. Kehadirannya selama di Papua, sangat membantu masyarakat NTT dengan merelakan tanah yang dimilikinya untuk dibangun rumah bagi warga NTT dengan aneka kemudahan. Berbagai karya di Ngada juga terlihat. Ada kebun kentang dan bawang di Wajamala Golewa. Ada mesin pengolahan kopi di Langa. Ada dukungan material bagi warga desa yang membutuhkan jaringan air bersih, pembangunan rumah ibadat, dan aneka dukungan lainnya. Selain itu, Bapak Andreas berkeliling dari desa ke desa untuk mengetahui secara langsung kondisi masyarakat Ngada. Hasil kunjungan ke desa desa, terekam secara jelas. Hasil rekaman ini, dikaji secara mendalam lewat forum-forum terbatas dengan melibatkan mahasisiwa, para dosen, pakar, tokoh agama dan tokoh masyarakat. Pendekatan-pendekatan ini sudah dilakukan untuk mendapatkan data, informasi sebagai bahan baku dalam merancang visi, misi dan Program yang bermanfaat bagi masyarakat Ngada. Hasil kajian, sudah diperoleh. Visi misi dan program, sedang dirancang sambil terus menerus meminta masukan dari semua elemen masyarakat. Masyarakat pun, harus jadi nara sumber utama dalam mengembangkan program.
Harapan agar masyarakat dijadikan nara sumber utama sebelum menyusun program, didukung oleh kehadiran bakal calon wakilnya, Bapak Eddy Loke. Eddy Loke memiliki kompetensi untuk mendesign program pemberdayaan masyarakat. Dalam kapasitasnya sebagai pengurus Komisi PSE KWI, Program Manager dari Caritas Surabaya, Eddy Loke terlibat menyusun program pemberdayaan bersama masyarakat / umat di beberapa Keuskupan di Indonesia. Selain keuskupan Surabaya dan Regio Jawa, Keuskupan-keuskupan di Regio Papua, Keuskupan Regio MAM (Manado Ambon Makasar), Keuskupan Regio Kalimantan, juga keuskupan-keuskupan di Regio Nusa Tenggara. Selain itu, Eddy Loke juga membantu konggregasi SVD Provinsi Regio Jawa dalam menyusun Program Go For Borneo di Palangkaraya. Hal ini tidak lepas dari latarbelakang pendidikannya di STF Ledalero, yang kemudian mendapat beasiswa dari Vasten Aktie (Aksi Puasa Pembangunan Belanda) untuk kuliah lagi Bahasa Inggris di Surabaya. Dia pun pernah mengenyam kursus yang dilaksanakan oleh MDF Asia yang secara khusus melatih Project Cycle Management di Jakarta dan Proposal Writing di kota Kolombo Negara Srilanka. Eddy Loke juga pernah menjadi Staf Pusat Penelitian Agama dan Kebudayaan Candraditya Ledalero Maumere bersama Pastor Dr. John Priior SVD dan Pastor Dr. Hubert Muda SVD. Juga pernah menjadi staf di Pusat Penelitian dan Informasi ALOCITA Surabaya, kemudian selama puluhan tahun berkarya di Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi di Surabaya dan lima tahun terakhir menjadi Pengurus PSE KWI Jakarta. Karyanya di tanah Ngada juga terlihat nyata. Eddy ikut mendukung karya PSE paroki-paroki di Keuskupan Agung Ende untuk mengakses program dari Komisi PSE KWI Jakarta.
Kedua sosok ini, ketika disandingkan menjadi paket APEL (Ande Paru & Eddy Loke) melakukan alur gerakan : mulai berkunjung ke desa desa. Dari kunjungan tersebut, lahir inspirasi untuk mengembangkan kota Bajawa, desa desa dan kampung-kampung di wilayah kabupaten Ngada. Hasil inspirasi diangkat menjadi materi kajian dengan melibatkan banyak pihak yang berkompeten di bidangnya. Setelah mendapatkan masukan dari berbagai pihak, lahir program yang siap diimplementasikan di tanah Ngada. Kapasitas keduanya berupa (head = pemikiran, heart= hati dan hand = perbuatan/ aksi nyata) ingin dipersembahkan kepada masyarakat Ngada sebagai gerakan cinta tanah Ngada. Dukungan rakyat Ngada, sangat dibutuhkan untuk menjadi pemimpin Ngada ke depan. (John Lobo)
Berita yang direkomendasi
-
Kolaborasi Gerakan Literasi Melalui Pustaka Bebas Bea
Mojokerto-Penggagas Gerakan Katakan dengan Buku (GKdb) John Lobo Selas..
-
Buku untuk Tulang Bawang
Tulang Bawang.Lampung-Taman baca Ceria (Cerdas dan Gembira) yang terle..
-
Geliat Literasi dari Lekosoro
Bajawa.Flores- Pegiat literasi sekaligus pengelola taman baca Ratu Dam..
-
Tips Sukses Public Speaking Dari Divisi Humas Polri
Jakarta - Komunikasi publik atau public speaking adalah..