Literasi Reba : Sedo Deru
Nenowea-NTT.Pelaksanaan perayaan Reba Deru pada hari ketiga cukup melelahkan karena pertama, ada beberapa sub kegiatan yang wajib dijalankkan secara matrathon, seksama, dan prosedural.Hampir tidak ada jeda sedikitpun antara kegiatan yang satu dengan yang lainnya. Aktivtas tersebut meliputi; Soka Sedo di kampung woe Deru, Kelo Gha’e atau perakan uwi dari woe Deru ke Woe Loma, soka sedo di kampung woe Loma, Rei-rei Wara (menghardik badai), He ulo (mengelilingi loka sedo), Sedo Deru, Zo Wuwu Mai, Ka Zo Wuwu Mai, dan Su’i Uwi.
Kedua, pada sesi kelo gha’e atau perarakan uwi dari woe Deru menuju woe Loma peserta yang terlibat diwajibkan untuk tetap melantunkan syair o uwi dengan ayunan langkah dan hentakkan kaki yang berirama. Sementara jarak antara kampung woe Deru menuju woe Loma cukup jauh yaitu sekitar dua kilometer. Ditambah lagi dengan posisi kampung woe Loma secara topografis berada lebih tinggi dibandingkan dengan kampung Woe Deru. Jadi sambil berjalan dengan sedikit mendaki peserta juga melantunkan syair o uwi. Kendati dihadapkan dengan padatnya kegiatan dan medan yang demikian toh peserta tidak pernah mengeluh. Mereka tetap mengikutinya dengan seksama dan menjalaninya dengan enjoy. Akan terasa dampaknya manakala semua acara tersebut terlewati. Beberapa efek yang sering dirasakan misalnya; kelelahan, suara menjadi parau (serak), dll.
Setelah menyanyikan syair He Ulo, petugas yang direkrut secara khusus langsung menyiapkan diri untuk berdiri diatas Ture Lengi guna memandu prosesi sedo. Sementara itu peserta yang terlibat mulai mengambil posisi untuk semakin memperlebar formasi lingkaran hingga mengelili Ngadhu dan Bhaga. Relasi antara pemandu dan peserta tercipta dalam dialog yang berupa nyanyian baik syair-syair solo dari pemandu maupun jawaban dari warga yang terlibat didalamnya.
Secara tekhnis ada aturan tata gerak ketika melantunkan lagu selama sedo. Dalam keadaan diam (hening) peserta bergerak maju berirama, lompat dengan kaki kiri dua langkah, kaki kanan dua langkah,kaki kiri dua langkah, sambil menyimak syair-syair yang dinyanyikan oleh kelompok kecil (choris) berjumlah antara 4-6 orang. Kemudian ditahan sampai kaki kiri diangkat selama dua ketuk irama, lalu kaki kiri diturunkan sambil mencondongkan badan ke depan, pada saat itu peserta mengucapkan bagian refrein : ao uwi...ao uwi, sambil melangkah mundur dua kali ke belakang.
Berikut ini adalah syair-syair dialog yang dilantunkan dalam nyanyian antara pemandu dan peserta yang terlibat aktif selama sedo Deru berlangsung :
Pemandu: O ebu po ba ne’e kajo pera... o , Ao uwi o ...
Peserta : ao uwi…ao uwi
Pemandu: Foke mojo so’o miu ma’e tawa..o, Ao uwi o
Peserta: ao uwi .. ao uwi.
Pemandu: Mena da dere gha puu Ede meze...o, Ao uwi o
Peserta: ao uwi...ao uwi
Syair selanjutnya adalah menyebutkan posisi uwi yang secara berturut-turut dari keempat arah mata angin, seperti yang berjangssung dalam upacara su’i uwi.
Kemudian dilanjutkan dengan syair-syair berikut:
Pemandu: o dia da nga..gha dia pu’u paza o ao uwi o
Peserta: ao uwi o...
Pemandu: o dia da tonga..gha dia kisa loka o.. ao uwi o
Peserta: ao uwi..ao uwi.
Pemandu: Deru ine Pama bhaga kazi meze masa o..ao uwi o..
Peserta: ao uwi...ao uwi
Pemandu:: Roja ame Loza ngadhu kazi peso dora o..ao uwio..
Peserta: ao uwi...ao uwi
Pemandu: Patola ba ne’e Gebha Wea o ao uwi o
Peserta: ao uwi o ao uwi
Pemandu: O dia da kakogha bhila manu jagoo... ao uwi o
Peserta : ao uwi...ao uwi
Pemandu: O dia da iyee gha bhila jara masio... ao uwi o
Peserta : ao uwi...ao uwi
Pemandu: O dia da kakogha bhila manu jagoo... ao uwi o
Perseta: ao uwi...ao uwi
Pemandu : O dia da sadho gha ine rie o... ao uwi o
Peserta : ao uwi...ao uwi
Pemandu: O dia da leba gha suru laki o... ao uwi o
Peserta: Ao uwi...ao uwi.
Setelah acara sedo berakhir, peserta langsung menyiapkan diri untuk kegiatan Zo Wuwu Mai. Sementara itu beberapa jenis aksesoris yang digunakan sebelumnya seperti tuba dan sau diwajibkan untuk dilepas atau ditanggalkan. Petugas tertentu menyiapkan Bhuja (sejenis tombak) yang akan dijadikan media untuk digenggam oleh empat pasang laki-laki dan perempuan sebagai simbol representasi nama-nama pasangan suami-sitri dari setiap sa’o yang akan disebutkan selama prosesi dalam bentuk nyanyian.(John Lobo)
Berita yang direkomendasi
-
Kolaborasi Gerakan Literasi Melalui Pustaka Bebas Bea
Mojokerto-Penggagas Gerakan Katakan dengan Buku (GKdb) John Lobo Selas..
-
Buku untuk Tulang Bawang
Tulang Bawang.Lampung-Taman baca Ceria (Cerdas dan Gembira) yang terle..
-
Geliat Literasi dari Lekosoro
Bajawa.Flores- Pegiat literasi sekaligus pengelola taman baca Ratu Dam..
-
Tips Sukses Public Speaking Dari Divisi Humas Polri
Jakarta - Komunikasi publik atau public speaking adalah..