Rei-Rei Wara : Menghardik Badai Melalui Ejekan
Prosesi Kelo Gha’e atau perarakan uwi dari Woe Deru (Wewa Sa’o Liko Deru) menuju Woe Loma berlangsung sekitar empat puluh lima menit setelah melintasi pemukiman penduduk di Nua Kisa dan Bo Ma’e (Meri) atau gapura masuk kampung Woe Loma.
Sesampainya di halaman Sa’o Patola-Gebhawea warga yang hadir dengan pakaian adat lengkap langsung membentuk formasi lingkaran dan siap mengikuti prosesi Soka Sedo dan Rei-rei Wara. Perihal Soka Sedo yang dilaksakan di Woe Loma, keberadaanya baik konten, prosesi maupun makna yang terkandung didalamnya sama seperti yang dilakukan di Woe Deru.Setelah Soka dilanjutkan dengan tahapan berikut yaitu Rei-rei Wara.
Menurut pemahaman orang Deru, Wara (angin) merupakan musuh leluhurnya karena angin (wara) merupakan pembawa sumber malapetaka dan bencana yang bisa merusak semua jenis tanaman. Oleh karena itu butuh strategi jitu untuk mengalahkannya. Menurut Didakus Lina tokoh adat asal Woeloma, menuturkan bahwa tradisi yang berkembang untuk mengalahkan angin sebagai sumber bencana adalah melakukan penolakan dengan cara mengusirnya. Pengusiran ini dilaksanakan agar masyarakat bisa hidup tenang dan segala tanaman bisa aman dari ancaman penghancuran. Penolakan terhadap angin oleh masyarakat Deru dilakukan melalui kata-kata yang keras bahkan mengeluarkan kata-kata kotor (momo). Hal ini ditunjukkan lewat syair-syair yang dilantunkan dalam bentuk dialog atau puisi berantai antara seorang pemimpin dengan para peserta lainnya .
Pemimpin atau pemandu prosesi upacara Rei-rei wara merupakan tokoh yang berasal dari salah satu ana sa’o Kepo Wesu (pewaris sah ritus Reba Deru). Secara bergantian antara pemimpin dan masyarakat yang hadir melantunkan syair-syair berikut ini :
Choir (doa): ...Ea ae ae ae.....
P : Rei-rei rei meo wara
Warga : Wara da loegha... a e
P : Wara... meo wara...
Warga : Meo wara e..e
P : Wara da loe lau wio reo kego
Warga : Wara loe lau wio reo kego
Choir (doa) : ...Ea ae ae ae....
P : Rei-rei rei meo Lenga
Warga : Lenga Loe gha a e
P : Lenga...meo Lenga
Warga : Meo Lenga e...e
P : Lenga da loe beli sala reo kego
Warga : Lenga loe beli sala reo kego e...e
Choir (doa) : ...Ea ae ae ae.....
P : Rei-rei rei meo wara
Warga : Wara da loegha a... e
P : Go wara angi epa
Warga : Kami bau e.. a e
P : Go pare ne’e uwi
Warga : Idi mai e... a e
P : Wara..... meo wara
Warga : Meo wara e... a e
P : Loe lau wio reo kego...
Warga : Wara loe lau wio reo kego
Semua : Ae ae ae e...
Rei Wara merupakan upaya untuk mengolok angin (Wara) yang dipersepsikan sebagai Roh Perusak.Pendapat tersebut disampaikan oleh Dr. Drs Watu Yohanes Vianey, M.Hum pengajar Ilmu Filsafat di Universitas Katolik Widya Mandira Kupang dalam sebuah diskusi sederhana di salah satu media sosial. Secara historis, Rei-rei wara juga merupakan ritus yang diatur secara khusus untuk mengejek angin. Salah satu cara untuk menaklukan atau menghardik (mengalahkan) lawan (angin) melalui ejekan ternyata cukup efektif. Melaui berbagai ejekan bahkan makian (momo) dengan bahasa yang cendrung kasar, angin akhirnya toh bisa kalah. Oleh karena itu,pemaknaan Reba menurut masyarakat setempat juga berarti kemenangan atas Roh Perusak.
Setelah dialog berakhir kemudian dilanjutkan dengan upacara He Ulo. Masyarakat yang memiliki tradisi tersebut meyakini bahwa He Ulo merupakan seruan untuk membangkitkan semangat bagi para peserta yang ikut dalam tarian. Selain itu, he ulo dipahami juga sebagai seruan untuk mengundang nitu dewa (roh leluhur) agar hadir dalam upacara tersebut. Upacara ini dilaksanakan sambil mengelilingi loka sedo . Sembari menanti acara Sedo, seorang pemandu yang berdiri di atas Ture Lengi mengamati persiapan para peserta. Jika persiapan sudah selesai maka dilanjutkan dengan himbauan untuk melaksanakan tarian Sedo.(John Lobo)
Berita yang direkomendasi
-
Kolaborasi Gerakan Literasi Melalui Pustaka Bebas Bea
Mojokerto-Penggagas Gerakan Katakan dengan Buku (GKdb) John Lobo Selas..
-
Buku untuk Tulang Bawang
Tulang Bawang.Lampung-Taman baca Ceria (Cerdas dan Gembira) yang terle..
-
Geliat Literasi dari Lekosoro
Bajawa.Flores- Pegiat literasi sekaligus pengelola taman baca Ratu Dam..
-
Tips Sukses Public Speaking Dari Divisi Humas Polri
Jakarta - Komunikasi publik atau public speaking adalah..