Mengatur Tata Kelola Air di Botoli Desa Naruwolo
Nenowea-Dua hari yang lalu (8/1/2019) publik dikagetkan dengan putusnya pipa air minum yang berjarak sekitar 200 meter dari bak penampung utama di sumber mata air Botoli. Pipa tersebut menyalurkan air untuk hajat hidup orang banyak yang berada di desa Nenowea. Perilaku anarkis ini bukan terjadi baru kali ini saja tetapi sudah berulang kali hingga membawa dampak kekurangan bahkan ketiadaan persedian air minum bagi warga Nenowea untuk memenuhi berbagai kebutuhan dasarnya . Persoalan yang mendera masyarakat seperti ini (kekurangan air) sering berlangsung cukup lama. Syukurlah ada beberapa kampung atau pemukiman yang dibangun bak penampung sehingga kebutuhan akan air tetap terpenuhi walapun dalam jumlah yang minim.Sedangkan bagi pemukiman yang belum memiliki bak penampung tentu menjadi persoalan tersendiri.
Ketika bicara tentang mata air di Botoli saya ingat akan peristiwa yang berlangsung pada hari Jumat 31 Mei 2013 tepatnya jam 08.00 pagi dimana sebagian besar penduduk desa Nenowea yang dikategorikan dalam usia produktif bahu membahu membawa sejumlah material seperti pasir,semen dll menuju salah satu sumber mata air di Desa Naruwolo.Semangat kebersamaan yang solid seperti ini sangat terasa karena didorong oleh keprihatinan yang sama yaitu berkurangnya mata air yang ada di Lia Gara yang selama ini menyuplai air untuk kebutuhan penduduk desa Nenowea.Perjuangan masyarkat untuk membangun bak penampung di Botoli yang akan menambah suplai debit air ke desanya dan tindakan tidak terpuji dari oknum yang memutuskan pipa merupakan dua perilaku kontras yang cukup menarik untuk direnungkan. Mematahkan pipa merupakan sebuah bentuk pengkhianatan terhadap perjuangan orang Nenowea yang berjuang untuk memenuhi kebutuhan dasarnya.
Kebutuhan dasar manusia akan air terbilang sangat besar. Keberlangsungan hidup manusia hewan dan tumbuh-tumbuhan serta seluruh hal yang ada di bumi tidak akan terlepas dari air. Jumlah kebutuhaan manusia akan air tentu tidak sama, tergantung tingkat kedewasaan. Didalam tubuh seorang bayi kandungan air yang ada didalamnya sekitar 80 persen, sementara pada manusia dewasa sekitar 70 persen sedangkan pada manusia lanjut usia (Lansia) sekitar 50 persen. Jika kita cermati lebih dalam lagi terutama pada organ-organ tubuh manusia, darah dan otak mengandung 80 persen air. Selain itu, hasil penelitian memperlihatkan bahwa manusia dapat bertahan hidup hingga lima minggu jika tanpa makanan. Bagaimana kalau tanpa air? Manusia mungkin akan bertahan hidup paling lama lima hari .
Bahwa Air sangat bermanfaat bagi manusia, tak ada yang dapat membantahnya. Hal ini tentu dapat kita pertanggungjawabkan dari aspek kegunaan air itu sendiri bagi tubuh kita. Jika mengonsumsi air dalam jumlah yang cukup tentu membuat kulit akan sehat (kelembaban kulit), sebagai pelindung dan pelumas gerakan sendi dan otot, menjaga kestabilan suhu tubuh, membantu proses pembuangan racun yang terjadi pada ginjal dan hati, membantu kerja sistem pencernaan dalam usus besar, memenuhi kebutuhan cairan tubuh, meminimalkan resiko serangan jantung, mengurangi resiko infeksi organ dalam tubuh serta memulihkan kondisi tubuh. Inilah fakta yang menunjukkan pentingnya air bagi tubuh dan kehidupan manusia.
Tragedi putusnya pipa yang sempat menimbulkan polemik sebenarnya tidak perlu terjadi kalau pemerintah, warga kedua desa (Nenowea dan Naruwolo) dan masyarakat sipil (LSM dan Komunitas agama/Gereja) serta pemilik lahan mau membangun komitmen bersama yang adil dalam pengaturan tata kelola air. Hal ini dapat dimulai dengan adanya kesepakatan tertulis yang memiliki kekuatan hukum tentang pengaturan prosedur dan hak serta kewajiban yang harus dipenuhi baik oleh masyarkat Nenowea sebagai konsumen maupun oleh pemilik lahan dan pemerintah desa Naruwolo dimana pipa tersebut melintas di area kekuasaanya.Kendati semua menyadari bahwa air mempunyai fungsi sosial artinya siapapun mempunyai kans yang sama untuk menikmatinya namun kebijakan yang disertai sanksi yang tegas merupakan upaya preventif yang menjadi dambaan bersama. Usaha tersebut merupakan cara sederhana untuk meminimalisir ketegangan yang bakal di picu oleh si emas biru.
Selain itu usaha menumbuhkan pemahaman yang positif kepada warga melalui literasi yang memadai dan berkesinambungan merupakan tugas bersama dari berbagai elemen yang disebutkan sebelumnya.Aksi konstruktif tersebut bisa mengerucut hingga pada implementasi kolektif dengan beberapa kegiatan seperti gerakan konservasi hutan dan air, gerakan reboisasi hutan di Botoli atau lereng gunung yang ada diatasnya . Kelihatannya tidak mudah karena membutuhkan dana yang cukup, kelembagaan yang tepat dan komitmen politik pemerintah desa yang kuat.
John Lobo : Penggagas Gerakan Katakan dengan Buku
Berita yang direkomendasi
-
Kolaborasi Gerakan Literasi Melalui Pustaka Bebas Bea
Mojokerto-Penggagas Gerakan Katakan dengan Buku (GKdb) John Lobo Selas..
-
Buku untuk Tulang Bawang
Tulang Bawang.Lampung-Taman baca Ceria (Cerdas dan Gembira) yang terle..
-
Geliat Literasi dari Lekosoro
Bajawa.Flores- Pegiat literasi sekaligus pengelola taman baca Ratu Dam..
-
Tips Sukses Public Speaking Dari Divisi Humas Polri
Jakarta - Komunikasi publik atau public speaking adalah..