Di Tasikmalaya : Putar Film Perjuangan Sekolah Dasar Negeri, Pasang Tarif Rp. 10.000,- Per Siswa.
BhayangkaraNews, Tasikmalaya - Sekolah Dasar Negeri (SDN) Kersagalih, yang berkedudukan di kampung Cilendi, Desa Kersagalih, Kecamatan Jatiwaras, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat.
Belum lama ini (05/08/23) menyuguhkan film perjuangan KH. Zainal Musthofa, dan para santrinya yang kala itu sedang menimba ilmu di pondok pesantren sukamanah yang terletak di daerah Tasikmalaya, Jawa Barat, dalam masa penjajahan jepang, di hadapan para siswa-siswinya.
Namun sangat di sayangkan pemutaran film perjuangan pemberontakan terhadap penjajah jepang oleh KH. Zainal Musthofa, yang merupakan Tokoh Pahlawan Nasional dari Daerah Tasikmalaya, tersebut tidak gratis..!
"Anak saya, harus membayar uang sebesar Rp. 10.000,- (Sepuluh Ribu Rupiah) untuk bisa menonton film perjuangan KH. Zainal Musthofa," keluh orang tua murid, yang enggan di sebut namanya kepada wartawan bhayangkaranews.com.
Untuk memastikan kebenaran adanya dugaan pungutan uang sebesar Rp. 10.000,- yang di keluhan orang tua murid. Tim Investigasi BhayangkaraNews, mendatangi Sekolah Dasar Negeri Kersagalih. Kamis (16/08/23) pukul 11:00 WIB.
"Pemutaran film perjuangan KH. Zainal Musthofa, yang di selenggarakan di SDN Kersagalih, sesuai izin dari kelompok kerja kepala sekolah (K3S), dan membenarkan adanya pungutan uang sebesar Rp. 10.000,- per siswa untuk bisa menonton film," terang H. Mamat S.Pd., M.MP.d, kepada wartawan bhayangkaranews, di ruang kerjanya.
H. Mamat, selaku kepala Sekolah SDN Kersagalih, menambahkan. "Memang dalam surat edaran resmi yang di keluarkan (17/07/23) oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Tasikmalaya, untuk memutarkan film perjuangan KH. Zainal Musthofa, tidak di cantumkan adanya pungutan biaya (Tidak Memberatkan Siswa)," ungkapnya.
"Biaya sebesar Rp. 10.000,- per siswa itu adalah merupak kesepakatan antara Ketua K3S, dengan orang yang melaksanakan memutarkan film di sekolah-sekolah." Kata H. Mamat.
Masih menurut keterangan H. Mamat. "Pada saat pemutaran film, sebanyak 60 murid yang melakukan pembayaran. Tetapi ada juga sebagian muridnya yang tidak membayar pada saat menonton film, dan dirinya mengakui menerima komisi dari orang yang memutar film di sekolahnya." Tutup H. Mamat. (RUDIONO)
Berita yang direkomendasi
-
Kolaborasi Gerakan Literasi Melalui Pustaka Bebas Bea
Mojokerto-Penggagas Gerakan Katakan dengan Buku (GKdb) John Lobo Selas..
-
Buku untuk Tulang Bawang
Tulang Bawang.Lampung-Taman baca Ceria (Cerdas dan Gembira) yang terle..
-
Geliat Literasi dari Lekosoro
Bajawa.Flores- Pegiat literasi sekaligus pengelola taman baca Ratu Dam..
-
Tips Sukses Public Speaking Dari Divisi Humas Polri
Jakarta - Komunikasi publik atau public speaking adalah..