Jadi Relawan Pemulasaran Jenazah Covid 19, Tak Sadar Polisi ini Tidur di Nisan Kuburan
Bhayangkaranews.com, Malang Kota – Pandemi Covid 19 belum berakhir dan yang paling berat saat penanganan Pasien telah dikabarkan meninggal dunia, adalah pihak keluarga yang harus bisa menerima untuk pemakaman ditangani secara protokol kesehatan.
Di Kota Malang, Perwira Menengah Polisi yang berpangkat Kompol saat ini menjabat Kasat Intelkam Polres Malang Kota sangat loyal dan penuh empati bergerak menjadi relawan pemulasaran hingga pemakaman.
Dia adalah Sutiono, Spd, pria asal Lamongan yang kesehariannya disamping memonitor perkembangan penyebaran covid juga selalu mencari informasi keamanan dan tingkat kerawanan yang mengganggu kamtibmas wilayah hukum Kota Malang.
“Pergi pagi pulang pagi bahkan nggak pernah pulang,” ungkap Kasat Intelkam Kompol Sutiono
Dua bulan ini, Kompol Sutiono menemani relawan dari Public Safety Center (PSC) 119 dan petugas pemakaman lain. Dalam Sehari, bisa memakamkan tiga sampai lima jenazah di lokasi yang berbeda.
“Sudah 70 an lebih kalo gak salah saya sudah membantu pemulasaran hingga pemakaman, Kalo bukan saya siapa lagi yang mau membantu,” Sebut Kompol Sutiono
Pria Pecinta Kopi Hitam ini kesehariannya dihabiskan di kantor dan kuburan. Hingga Kontrakannya di Jalan Ciliwung tak lagi pernah ditinggali. Sebab sesuai standar pemulasaran pasien Covid-19, jenazah tak boleh dibiarkan sampai empat jam. Setelah dinyatakan meninggal, petugas harus segera memakamkan.
“Begitu dapat telepon maka harus segera bergerak. Sehari pernah dari jam 7 pagi baru pulang jam 5 pagi,” katanya.
Tak sadar karena kelelahan Kompol Sutiono harus merasakan tidur di atas nisan kuburan. Dari pagi sampai tengah malam, bersama relawan dari PSC 119 dan petugas pemakaman lain.
“Jadi jarak makam satu ke makam lainnya kadang kan jauh, sementara sudah tengah malam. Jadi menunggu dari tim rumah sakit selesai, tidur aja lah di makam,” ceritanya.
Momen paling menyedihkan selama memakamkan jenazah Covid-19, kata Sutiono, adalah mendatangkan pemuka agama untuk mendoakan. Tak jarang, kata dia, petugaslah yang menyalati dan mendoakan jenazah.
“Kemarin kami tunggu pendeta nggak datang, menunggu ustaz juga begitu. Akhirnya ya sudah lah anggota saya yang memimpin doa lalu kami kubur,” ucapnya.
Kehadiran Sutiono sekaligus ingin memastikan alat pelindung diri (APD) yang dipakai oleh petugas sesuai atau tidak. Dia terus mewanti-wanti agar memakai APD berstandar agar tidak tertular virus corona.
Tim Peliput Bhayangkaranews.com saat didalam ruang kerjanya melihat ada APD pribadi yang sudah dipersiapkan oleh Kasat Intelkam Polres Mojokerto Kota.
“Saya selalu cek APD-nya sesuai atau nggak. Karena kasihan kan kalau sampai mereka tertular, dan APD yang saya gunakan sendiri ini beli sendiri 500 ribu yang tidak tembus dengan air” Tutup Sutiono.
Berita yang direkomendasi
-
Kolaborasi Gerakan Literasi Melalui Pustaka Bebas Bea
Mojokerto-Penggagas Gerakan Katakan dengan Buku (GKdb) John Lobo Selas..
-
Buku untuk Tulang Bawang
Tulang Bawang.Lampung-Taman baca Ceria (Cerdas dan Gembira) yang terle..
-
Geliat Literasi dari Lekosoro
Bajawa.Flores- Pegiat literasi sekaligus pengelola taman baca Ratu Dam..
-
Tips Sukses Public Speaking Dari Divisi Humas Polri
Jakarta - Komunikasi publik atau public speaking adalah..